Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 9



Bab 9

Keesokan harinya, pada sore hari, ruangan rapat hening dan tidak terdengar suara, semua orang tampak sangat tidak berdaya. Sebagai petugas yang bertanggung jawab atas kasus ini, Max mengumpulkan data yang ada didepannya : “Kalau tidak ada lagi yang ingin ditambahkan, maka rapat hari ini selesai sampai disini, ikuti terus perkembangan tentang daftar wanita yang hilang baru-baru ini, kita harus segera memastikan identitasnya.” Pada saat semua orang sedang menguap dan bersiap meninggalkan ruangan rapat, seseorang dari sudut berdiri perlahan. “Ada yang ingin saya tambahkan.” Samara yang mengenakan jas putih dengan satu tangan yang diletakkan didalam saku berkata dengan tenang dan acuh tak acuh. Orang-orang yang ada disekitarnya pun langsung menatap Samara yang bangkit berdiri dan mulai berbisik-bisik. “Wajah baru, saya belum pernah melihat dia sebelumnya, apakah dia anak baru di departemen forensik?” “Apakah anak muda sekarang semuanya segila ini? Begitu banyak orang yang jauh lebih berpengalaman dibandingkan dengan dia, mereka saja tidak mengatakan apa-apa, anak baru seperti dia malah mau menambahkan sesuatu?” “Saya penasaran dengan omong kosong apa yang ingin ditambahkannya!” Jane dan Lucas saling bertukar pandang, seolah sedang bertelepati, ck ck ck, orang-orang ini menganggap atasan mereka adalah anak baru? Kalau begitu tunggu saja wajah tebal orang-orang ini dipermalukan oleh atasan mereka! Samara sama sekali tidak peduli dengan suara-suara itu, dia berjalan menghampiri Max, dan berjongkok lalu mengambil secarik kertas laporan, dan diatas kertas laporan itu juga terlihat bekas injakan. “Selain laporan autopsi, saya juga menuliskan selembar laporan lainnya tapi sepertinya orang malah menganggap kertas ini sebagai kertas bekas ya.” Suaranya tidak keras, tapi setiap katanya begitu bergema, seperti seberkas cahaya yang menembus hati manusia. Max menjadi sedikit canggung dihadapan semua orang lalu berkata tanpa pikir panjang : “Berikan laporannya kepadaku, saya akan membacanya.” “Kalau sudah diperlakukan sebagai kertas bekas sekali, pasti akan diperlakukan seperti kertas bekas untuk kedua kalinya.” Samara menepuk-nepuk debu yang ada diatas kertas laporannya itu. “Autopsi tidak hanya sekedar menguji untuk mendapatkan waktu kematian dan mengekstrak informasi DNA, saya sudah menjahit dan menyatukan kembali mayat kedua wanita itu, meskipun tidak bisa dikenali, fitur wajah yang sulit dibedakan, tetapi dari karakteristik fisiknya saya bisa menarik kesimpulan bahwa mereka sudah menikah, dan keluarga mereka cukup kaya dan mereka sering

mengunjungi klub kecantikan tingkat atas. Dan dengan informasi ini, hanya 3 orang dari daftar orang hilang yang memenuhi persyaratan. Dan hanya ada dua orang yang cocok jika diklasifikasikan dari segi usia, yaitu Levana dan Yumi, kalian boleh meminta keluarga dari kedua wanita ini untuk datang memeriksa DNA nya. Departemen Investigasi harus segera mengintensifkan pencarian wanita ketiga yang masih belum ditemukan, dia harus bisa ditemukan sebelum sesuatu terjadi padanya. Keterampilan pisau pembunuh ini cukup bersih, dia tidak memiliki simpati sedikitpun, ini termasuk sebagai pembunuhan berantai dan dia memiliki jiwa psikopat yang khas, kalau dia tidak segera ditangkap dan dipenjara, akan lebih banyak wanita lain yang terbunuh. Setelah selesai berbicara, Samara meletakkan dokumen itu dihadapan Max. Max meliriknya sekilas, dia tahu kalau apa yang diucapkan Samara tadi benar, dan dia berhasil menyempitkan lingkup pencarian dari ratusan orang menjadi dua orang. “Karena kedatangan saya bertepatan dengan kasus mutilasi ini, maka saya tidak sempat menyapa kalian semua.” Tatapan Samara setenang air : “Saya Samara, Ahli Forensik Khusus dari Unit Kejahatan Berat, mohon bantuannya.” Setelah mendengar ucapan Samara, semua orang yang ada di ruangan rapat seketika bergidik. “Saya kira Ahli Forensik Khusus itu akan berusia 40 tahunan, tidak disangka masih semuda ini!” “Dengan analisanya tadi, apakah itu berarti kita tidak perlu repot-repot mengerjakan daftar nama berisikan ratusan orang itu lagi?” “Astaga! Dia baru saja menyelamatkan kita dari bergadang!” “……” Samara tidak memperdulikan keraguan mereka, dan juga tidak peduli dengan pujian mereka. “Saya sudah memaparkan informasi dari segi forensik, kalau begitu saya pamit dulu, semoga yang lainnya juga bekerja keras agar saya bisa mengurangi jam lembur saya minggu ini.” Sudut bibir Samara melengkung keatas dan menunjukkan senyumannya, mata almondnya juga terlihat jernih seperti kristal. Semua rekannya menatap punggung Samara yang tegas, dan mengira dia sedang menyombongkan dirinya. Wah, berlagak sekali! Kenapa memangnya kalau dia baru berumur dua puluh tahunan? Diseluruh Unit Kejahatan Berat tidak ada satu orang pun yang bisa sepertinya, dia sanggup mempersingkat waktu penyelidikan yang seharusnya memakan waktu berhari- hari dan bermalam-malam, dan membuat mereka memiliki lebih banyak waktu berharga untuk menyelesaikan kasus ini. Di ruang ganti, saat Samara baru mengganti jas putihnya, dan mendapat telepon dari putranya. “Ibu, apakah kamu sibuk dan sudah lupa padaku?” Javier mengeluh kepadaCcontent © exclusive by Nô/vel(D)ra/ma.Org.

Samara, tapi nada bicaranya tidak terdengar menyalahkan Samara sama sekali, sebaliknya malah penuh kehangatan : “Tidak apa-apa kalau kamu melupakanku, tapi jangan sampai kamu lupa akan kesehatanmu, saya sudah membuatkanmu sup ayam herbal, ingat diminum saat kamu pulang ya.” Teringat keterampilan memasak putranya itu, Samara tidak menahan diri untuk mencium ponselnya sebentar. “Sayangku, ibu cinta sekali padamu~~” “Ibu, saya juga mencintaimu.” Javier kembali bertanya beberapa pertanyaan kepada Samara sebelum akhirnya mengakhiri panggilan dengan tidak rela. “Bu, siapa sayang-mu yang menelponmu barusan, apakah dia pacarmu?” Jane yang mendengar kata ‘sayang-ku’ seketika menjadi penasaran dan bertanya. Pacar? Samara tidak bisa menahan gelak tawanya dan menepuk pundak Jane : “Jane, sayangku bahkan ada lebih dari satu.” Jane yang mendengarnya langsung bergidik, astaga! Atasannya ini luar biasa sekali, ada Asta yang mengiriminya makan malam dan dia masih punya dua brondong kesayangan. Samara turun kebawah dan keluar dari area Unit Kejahatan Berat. Tapi, belum sempat melangkah jauh, sebuah mobil Hummer mengkilap berhenti di sisinya. Pintu mobil itu terbuka, dan saat Samara belum sempat melihat dengan jelas orangnya, dia sudah ditarik masuk kedalam kursi penumpang.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.